Tuesday, March 17, 2009

cerpen "Perumahan Binatang"



Perumahan Binatang
Aku masih diteras depan rumah,sambil menjilati kuku-kuku yang tampaknya sudah mulai menghitam karena kotoran. Sudah hampir satu jam aku duduk di sini. Berharap tuan rumah akan membuka pintu sambil membuang beberapa makanan sisa karena sudah dua hari aku tidak mengisi perutku sama sekali. Ah...akhirnya pintu pun terbuka dan yang keluar ternyata tuan rumah bersama istrinya yang cantik.
Sang istri membetulkan letak dasi suaminya dan mengecup lembut bibirnya setelah itu sang suami memasuki mobil dan menuju kantornya. Itulah rutinitas yang setiap hari kulihat di hampir setiap rumah di komplek perumahan ini. Bangun pagi dan pulang sore,seperti terjebak dalam lingkaran setan yang tiada hentinya.
Berbeda dengan pemuda yang tinggal diseberang jalan,setiap hari kerjanya hanya duduk didepan komputer. Pernah aku menyusup masuk kedalam kamarnya dan duduk disampingnya. Anehnya dia tidak mengusirku sama sekali,malah memberiku makanan. Aku sangat berterima kasih padanya sambil kujilati telapak kakinya dan sepertinya dia sangat menyukainya. Sambil sesekali dia berkata padaku.
“Masyarakat kita pemikirannya dangkal,bagi mereka pekerjaan itu hanya dikantor atau menjadi pegawai pemerintah. Tapi bagiku pekerjaan adalah dimana aku bisa menikmatinya. Mereka kira aku tak bisa bertahan hidup dengan menulis. Tapi coba kau lihat, aku sampai sekarang masih hidup”. Aku hanya mengangguk
Pemuda itu sepertinya sangat senang padaku dia bercerita banyak hal mengenai Perang Troya dari Yunani hingga Roman Tragedi Demi Mahkota. Melihat dia bercerita aku jadi bergairah apalagi dia bercerita dengan semangat berapi-api seperti menjunjung tinggi nilai kebebasan. Andai saja aku manusia, aku ingin menjadi sepertinya
Tapi sudah beberapa hari ini aku tak melihat pemuda itu meski aku kerumahnya dia selalu tidak ada. Sempat aku menduga dia dijemput kemudian dibunuh dan mayatnya dibuang karena tulisannya yang mengudang provokasi. Demi tuhan aku tidak boleh berpikiran seperti itu karena sekarang jaman telah berubah sudah tidak seperti dulu yang selalu dikekang kini manusia sudah merdeka dari belenggu.
Kini aku mendatangi sebuah rumah. Pemiliknya adalah orang kaya setiap harinya dia pergi dengan mobil mewah seperti tadi kubilang. Dia mempunyai pembantu dan istri yang cantik sungguh beruntung sekali orang itu. padahal dulunya setahuku dia adalah seorang pemuda miskin dan lugu. Yang hanya lulusan pondok pesantren tapi karena ketekunannya akhirnya dia menjadi kaya raya dan lupa dengan tuhannya. Jika sebelum kaya dia selalu rutin berdoa lima kali sehari kini sebaliknya. Jangankan berdoa malah dia menendangku seperti menendang bola dipikirnya dia siapa sombong sekali. Hanya karena kenikmatan didunia malah dia berbuat sesuka hatinya. Meskipun tubuhku kecil aku juga mahluk tuhan.
Kini kembali padaku, aku masih berdiri sambil menatap nyonya rumah dengan pandangan yang memelas memasang pesona dan daya tarikku dengan memamerkan mataku yang biru serta ketampanan wajahku sambil berharap semoga nyonya rumah memberikan aku makanan. Ternyata aku keliru aku diusirnya
“Tidak ada makanan untukmu jika kau tidak pergi aku akan memukulmu, dan menyirammu dengan air panas”.
Aku pun takut karena itu aku segera pergi. Tapi dalam hati aku jengkel ingin ku caci maki dia tapi yang keluar dari mulutku hanya
“meong-meong”
Aiya aku lupa meskipun aku berteriak sampai ototku keluar dia tidak akan mengerti ucapanku. Dunia tidak adil bagiku bukankah bagi umat muslim kucing adalah hewan yang harus disayangi. Tapi kenapa aku diperlakukan seperti ini. Harusnya dia memperlakukan aku dengan penuh kasih sayang apakah suaminya tidak pernah mengajarinya sopan santun. Ups aku lupa suaminya sendiri sudah kehilangan sopan santun
***
Akhirnya aku tidur dengan perut lapar. Oh sungguh malangnya aku tidak adakah manusia yang peduli pada diriku.
“Apa kau lapar kucing manis”.
Kuangkat kepalaku ternyata yang ada didepanku adalah seorang wanita, dia memiliki wajah yang cantik. Aku mengenalnya dia tinggal di blok V no 27. Dulunya dia adalah istri seorang polisi dia sudah mempunyai putri berumur dua tahun hasil perkawinan dengan polisi tersebut. Suatu ketika mereka bercerai karena suaminya suka menampar bahkan menganiaya dirinya. Tak tahan dengan perlakuan yang dia terima kemudian dia melaporkan kasusnya. Akhrinya suaminya masuk penjara dengan tuduhan kekerasan dalam rumah tangga dan dipindah tugaskan ke luar pulau.
Setelah bercerai akhirnya dia bingung bagaimana harus menafkahi putrinya sementara dia tidak punya sanak saudara disini. Akhirnya dia menjual tubuhnya, demi menghidupi putri semata wayangnya dia rela setiap malam melayani lelaki hidung belang. Menindih tubuh indahnya dan mengerayanginya. Bahkan menerima tamparan dari mereka jika pelayanannya kurang memuaskan.
Aku masih menatap wajahnya, wanita itu tersenyum padaku kemudian dari dalam tasnya dia mengeluarkan sepotong roti dan menyuapiku. Tampa sadar aku meneteskan air mata meskipun aku binatang tapi aku bisa membedakan mana yang baik atau tidak. Dan wanita ini adalah wanita baik semoga kau masuk surga.
***
Aku melihat pelayan orang kaya itu keluar dari rumahnya sambil membawa bungkusan keranjang sepertinya dia akan pergi kepasar. Bakal ada pesta pikirku. Lima menit kemudian setelah pelayan itu pergi datanglah seorang pemuda dengan badannya yang kekar siapa dia pikirku. Akhirnya aku mengikuti pemuda itu masuk rumah, pemuda itu memasuki kamar nyonya rumah dan didalamnya nyonya rumah menunggunya dengan penuh nafsu birahi.
Aku tak perlu menceritakan apa yang kulihat, karena bagiku manusia tak beda dengan binatang jika menyangkut nafsu. Sebetulnya setelah melihat perselingkuhan nyonya rumah dengan pemuda asing itu aku jadi ingin menjadi manusia tapi sepertinya itu tak mungkin. Hingga akhirnya suatu hari aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku mendadak aku mempunyai tangan dan kaki dengan tubuh telanjang aku tertidur di depan rumah orang kaya itu. Apa mungkin tuhan mengubah diriku?
Seketika nyonya rumah keluar dan melihat aku telanjang, nafsu birahinya bangkit dia memsukkan aku ke kamarnya. Kami lalu bercinta. Aku menindih nyonya rumah kemudian menyeruduknya hingga akhirnya dibuai oleh kenikmatan tiba-tiba pintu kamar terbuka dan suaminya datang. Kami kepergok, aku diusinya dan ditendangilah tubuhku.
“Dasar jalang terkutuklah engkau. Hukuman untukmu hanya kematian”. Kata sang suami
Aku hampir mati tubuhku hancur. Tapi aku sempat melarikan diri dan jatuh pingsan di jalan. Begitu bangun aku kembali mengeluarkan kata “meong”. Aku kembali ke rumah orang kaya itu. Ketika itu aku melihat nyonya rumah tewas digantung dilangit-langit. Ah....ini terjadi lagi pikirku. Setiap kali aku aku menjalin hubungan dengan manusia dia pasti tewas. Mungkin benar kata pepatah kucing hitam hanya mendatangkan nasib sial. Lebih baik aku pergi dari daerah ini dan mencari daerah lain. Dan semoga aku bisa datang ketempat yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment